Selasa, 30 Maret 2010

Sungguh-sungguh terjadi



KR, ya itulah koran yang begitu akrab di telinga mereka yang tinggal di Yogya atau kota-kota sekitar Yogya, lengkapnya harian Kedaulatan Rakyat tetapi sehari-hari orang lebih akrab menyebutnya KR saja. Suatu saat koran ini pernah “terpaksa” harus berganti nama karena aturan pemerintah Orde Lama yang mengharuskan semua koran di Indonesia berganti nama dengan nama tunggal Dwikora. Kedaulatan Rakyat tidak kurang akal. Untuk tidak kehilangan identitas KR, disiasatinya dengan cara memberi tekanan pada font-nya pada huruf Dwi KR dalam menulis nama Dwikora. Siasat yang patut diacungi jempol juga. Sampai hari ini Koran KR sudah berusia 62 tahun, mungkin salah satu Koran tertua di Indonesia yang masih tetap setia mengunjungi pembacanya.

Akhir tahun 70-an KR punya icon cerita bersambung karya SH Mintardja yang berjudul Nagasasra Sabuk Inten dengan tokoh sentralnya Mahesa Djenar dan Widuri. Saking terkenalnya cerita silat versi Jawa ini, diberitakan satu waktu pak Budiardjo yang saat ini menjabat sebagai Menteri Penerangan, dalam kunjungan kerja ke Jogya menyempatkan diri mampir ke Kantor KR sekedar membaca naskah cerita bersambung ini yang akan terbit beberapa hari ke depan. Buka main pak Menteri ini begitu ngefansnya.
Cerita bersambung berikutnya adalah Api di bukit Menoreh yang merupakan serial bersambung terpanjang dalam sejarah koran di Indonesia.

Tetapi bukan itu pokok bahasan saya, melainkan salah satu rubrik dalam koran KR, letaknya dari dulu di kolom paling kanan paling bawah di halaman depan, yaitu Sungguh-sungguh terjadi. Sejak saya mengenal dan membaca KR tahun 60-an sampai dengan hari ini, rubrik ini tidak pernah absen. Isinya adalah kisah pendek yang kadang lucu, kadang aneh, atau satu saat anekdot yang dikirim pembacanya dan sama sekali tidak ada unsur sindiran atau kritikan. Motivasi pembaca mengirim naskah ternyata macam-macam, antara lain karena bangga namanya ditulis di koran., hitung-hitung namanya pernah masuk koran. Soal honor menjadi nomer dua. Oleh karenanya KR tidak pernah kehabisan naskah pengisi rubrik ini. Inilah beberapa cuplikan Sungguh-sungguh terjadi yang saya kutip dari KR.

• Ketika kuliah di Inggris, setiap kali berkunjung ke rumah teman, saya sering dipijiti oleh tuan rumah. Nikmaat sekali. Eh, jangan salah sangka. Maksudnya, saya sering diberi minum teh berlabel “PG Tea” (baca : “pijiti”) oleh tuan rumah. Konon “PG Tea” itu berasal dari Indonesia. (Kiriman Ganjar Andaka, Jurusan Teknik Kimia, IST AKPRIND, Yogyakarta)

• Awal Maret 2010 ada warga Karanglewas, Purwokerto Barat, mengendarai motor matic Mio baru, muter-muter kampung. Kebetulan bertemu rombongan warga yang sedang mengantar jenazah ke pemakaman umum. Entah bagaimana keranda jenazah ditabrak hingga jatuh dan jenazahnya terguling di jalan umum. Si penabrak trauma peristiwa itu, tiap malam ketakutan, akhirnya motornya yang baru dibeli 2 hari itu, dijual murahRp.4 juta.
(Kiriman : Achmad Pujiyanto, Jalan Waru IV No.30, Tanjung Elok, Purwokerto Selatan, Jateng)

• Dewasa ini makin banyak lembaga melayani publik 24 jam. Di daerah Windan, Makamhaji, Kartasura, penjual es batu tidak mau kalah. Juragannya pasang tulisan begini : “Es batu on-line 24 jam”. Apa tumon ? (Kiriman : Danang Karyanta W, d.a. Glagah 14/07, Karangwungu, Karangdowo, Klaten 57464, Jateng).
• Khawatir tak bisa membiayai anak, kini banyak orang Jepang yang memutuskan untuk tidak punya anak. Sebagai gantinya, mereka memelihara anjing atau kucing. Menurut statistik 2009, di Jepang ada 12,3 juta anjing dan 10 juta kucing. Hebatnya lagi, disana ada kelas khusus untuk hewan peliharaan dan pemiliknya agar bisa saling berkomunikasi dengan baik. (Kiriman : Ridwan Arif Nugroho MA, Sleman, Yogya).
• Pada Oktober 2009 saya mendapat tugas menghadiri IULTCS XXXI Congress di Beijing, China. Alangkah kagetnya saya, pada jamuan makan malam di suatu Traditional Dancing Theatre, terdengar musik instrumental Bengawan Solo. Sontak saya teriak :”That is Indonesian song!”. Spontan teman-teman around table saya dari USA dan Jepang menyalami saya. Selamat Pak Gesang, semoga selalu sehat! (Kiriman : Ir. Suliestiyah Wiryodiningrat MM (BBKP Yogya), Perum II Jalan Delima D-15, Sidoaruim, Godean, Sleman, DIY 55564).
• Saya kaget campur geli ketika menerima undangan khitanan dari tetangga saya Sudomo SPd, karena seingat saya dia tidak pernah kuliah S-1 Pendidikan. Ternyata SPd yang dimaksud bukan gelar Sarjana Pendidikan, tetapi berarti “Sepeda”. Memang dia adalah juragan sepeda! (Kiriman: Wiranto Agus Sutopo, Jalan Anggodo III T No. 5, Perum Ayodya 1, Purwodadi Grobogan, Jateng).
• Jum’at pagi 12-03-2010 di lampu merah perempatan Klodran, Bantul, ada cewek mengendarai matic dengan tulisan di slebor begini :”Hari gini oper gigi?Cape deh!”. Eeeee, lha kok di samping agak belakang ada seorang Bapak manula pakai bebek di slebor belakangnya ditulisi :”Motor gak ada gigi? Tua ompong dong!” (Kiriman : Ndari, Temas, Tegallurung, Pandak, Bantul, DIY, 0274-414604).
• Pasti ada sebagian pembaca belum tahu arti patung kuda yang mengangkat kaki, karena semua itu ada artinya. Jika 2 kaki depan diangkat, orang yang nunggangin kuda itu tewas dalam pertempuran. Jika 1 kaki diangkat, penunggangnya meninggal karena luka dalam pertempuran. Dan bila kaki tidak diangkat, penunggangnua meninggal seara normal. (Kiriman : J. Suharto, Gedongkiwo MJ I/788 Yogya 55142).
• Saat ini sedang musim bupati dan keluarga pejabat ikut meramaikan bursa pemilihan kepala daerah. Yang paling menarik adalah di Kediri. Kedua istri bupati berebut posisi yang akan ditinggalkan suaminya. Andai ada yang beistri 4 dan semua ikuit pemilukada, pasti tambah gayeng dan seru! (Kiriman : Sarwono, Kembaran RT 03 Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY 551830)
• Saudaraku punya murid namanya Yois Iki Malahane. Selain itu, ketika saya membayar pajak motor di Samsat beberapa waktu yang lalu, bareng sama orang namanya … Di Hari Kartini. Keduanya cewek. Luar biasa! Nama mereka unik dan tidak ada duanya. Dan mereka bangga pada nama mereka. (Kiriman : Sigit Dwi Andrianto, d.a. Karanganyar MG 3/1277, Yogya 55153).
• Pada 9-11 Maret 2010 lalu, rombongan kami berkunjung ke STAIN Purwokerto. Naik KA Logawa. Pas diatas gerbong, ada penjual teriak-teriak begini : “ Obat ganteng, obat ganteng! Cuma Rp.2000 saja!”. Karena penasaran, kami menoleh. Ternyata, yang disebut “obat ganteng” adalah sisir rambut!. (Kiriman : Bramma Aji, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga, Yogya).
• Mungkin karena tak mau kalah dengan pebisnis yang pakai nama “Indo”, pemilik warung di sebeleh timur kampus Mercu Buana Jl. Wates Km 19 Yogya, pasang nama begini :” INDOWARUNG. Ini Warung Harga Grosir”!.
• Kesebelasan sepakbola Indonesia memang tidak bisa ikut Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Namun kita patut berbangga, karena salah satu tim unggulan, yaitu Brazil, akan memakai kaos buatan Indonesia. Karena di kerah tim Brazil tulisannya “Made in Indonesia”, “Fabrique en Indonesia”. (Kiriman : Andri Nurdianto, Jl. DI Panjaitan 110, Yogya 55141).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar